Program Sejuta Rumah Terkendala Lesunya Daya Beli Mayarakat

Program Sejuta Rumah Jokowi
Konstruksiana-Program sejuta rumah sudah diluncurkan oleh Presiden Jokowi. Pemerintah pun mendukung dengan berbagai strategi salah satunya Down Payment (DP) sangat ringan, hanya 1 persen. Meski demikian pengusaha pengusaha properti Jawa Tengah justru pesimistis pembangunan rumah bakal terserap secara merata bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Ketua Real Estate Indonesia (REI) Jateng MR Priyanto menilai saat ini kondisi perekonomian dalam negeri belum membaik sehingga masyarakat banyak yang menunda membeli rumah. Priyanto menambahkan kelesuan ekonomi terlihat dari koreksi pertumbuhan ekonomi secara nasional yang semula ditarget 5,7%-5,8% justru turun menjadi 5,4%-5,5%.

Lesunya perekonomian, khususnya di wilayah Jateng, dimulai sejak pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla melepas harga bahan bakar minyak (BBM) mengikuti pasar dunia atau pencabutan subsidi BBM jenis Premium. Menurut Priyanto kondisi ini menyebabkan masyarakat dengan penghasilan kurang dari Rp5 juta/ bulan lebih memilih memenuhi kebutuhan sehari-hari dulu. Lesunya pasar properti terjadi di kelas menengah kebawah ternyata berbeda dengan masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas. Permintaan rumah diharga Rp200 juta hingga Rp600 juta cenderung meningkat.

Sebagai informasi di tahap awal program sejuta rumah, Persatuan perusahaan pengembang Realestat Indonesia akan mengembangkan 114.226 unit hunian. Pengembangan 114.226 unit hunian itu, tersebar di 26 provinsi.
"Lesunya perekonomian, khususnya di wilayah Jateng, dimulai sejak pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla melepas harga bahan bakar minyak (BBM) mengikuti pasar dunia atau pencabutan subsidi BBM jenis Premium."

Posting Komentar untuk "Program Sejuta Rumah Terkendala Lesunya Daya Beli Mayarakat"