Indonesia Masih Kekurangan Insinyur

Konstruksiana-Persatuan Insinyur Indonesia (PII) memprediksi Indonesia mengalami ketimpangan atau kekurangan jumlah insinyur sekitar 120.000 dalam lima tahun mendatang. Menurut Direktur Eksektutif PII Faizal Safa angkat tersebut didapatkan dari hasil perbandingan kebutuhan dan realisasi penambahan insinyur terhadap dana APBN serta investasi swasta untuk pembangunan infrastruktur.

“Kemarin kami dari PII sempat memperjuangkan tunjangan kelangkaan, di mana setiap insinyur akan mendapatkan tunjangan sebesar Rp100 juta per tahun, tapi rencana tersebut belum bisa direalisasikan. Kami akan mengusahakannya lagi tahun depan,” ujarnya.

Faizal menambahkan kelangkaan tersebut terjadi akibat menurunnya minat mahasiswa terhadap jurusan teknik sehingga mempengaruhi jumlah calon insinyur. Apalagi, para calon insinyur tersebut belum tentu berprofesi sebagai insinyur sipil ketika lulus nanti.

Dia menyatakan keprihatinannya melihat proyek-proyek infrastruktur dipenuhi oleh insinyur asing. Oleh karena itu, pihaknya berencana untuk mulai menerapkan sertifikasi internasional bagi para insinyur lokal guna menambahkan daya saingnya, terlebih menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) nanti.

Adapun hingga kini, PII telah mendata sebanyak 9.200 insinyur yang telah tersertifikasi, baik di sektor konstruksi dan energi. Dari jumlah tersebut, baru sekitar 1.800 insinyur yang memiliki sertifikat internasional.

“Strategi untuk itu ada dua, yakni dengan memberikan tunjangan kelangkaan dan memperbanyak proyek-proyek keinsinyuran, infrastruktur, energi dan pangan,” ujarnya.

Di sisi lain, organisasi yang menaungi sekitar 21.000 insinyur nasional ini akan segera menggelar Kongres 3 tahunan pada 11-12 Desember 2015. Kongres ini akan memilih wakil ketua umum PII untuk masa bakti 2015-2018, serta membahas beberapa agenda lain di bidang keinsinyuran.

Ketua Tim Seleksi Calon Wakil Ketua Umum PII Bambang Setiadi menyatakan, PII telah berperan dalam terhadap gerakan pembangunan infrastruktur. Pemilihan wakil ketua ini akan berdampak pada arah gerakan yang akan dilakukan oleh PII selanjutnya.

“Persoalan dari luar salah satunya adalah empat bulan lagi kita memasuki MEA. Dalam kondisi itu, insinyur harus punya standar baku profesional. Tantangan dari dalam, banyak insinyur yang tidak bekerja sesuai dengan bidang keinsinyuran,” ujarnya.

Bambang mengaku hingga kini masih menyeleksi beberapa nama sebagai kandidat. Dia juga menyatakan sekitar 400 orang anggota PII akan mengikuti proses pemungutan suara dalam kongres nanti.

Sumber : Solo Pos

Posting Komentar untuk "Indonesia Masih Kekurangan Insinyur"